Tim Arkeologi Kabupaten Muara Enim Kunjungi Kediaman Panglima Baranusa Untuk Mengetahui Artefak Kuno Prasasti Cula Badak
Faktamuaraenim.com – Untuk mengetahui lebih dalam benda bersejarah abad ke-14 ( Tahun 1347 M ), Tim Arkeologi Kabupaten Muara Enim mendatangi Kediaman Panglima Baranusa ( Barisan Adat Raja Sultan Nusantara) untuk melihat Artefak Kuno berupa Prasasti Cula Badak, Dua Tombak/Kujur ( Kujur Keris & Kujur Biasa), Keris Kundu Layang, (Kopiah Air Emas, Payung Merah Pinggirnya Kuning, Tongkat Komando Siak Ali Jemenang Tanjung Agung, Tongkat Kapak Depati Kasih Raja Lingga, Gong, Lumpang Batu Dayang Mariti ( Dayang Merindu), dan Ornamen Rumah Bahi Depati Kasih Raja Lingga, dan Pangeran Sigag (Singa Negara) yang menguasai Marga Lawang Kidul.

Saat bincang bincang Ketua Tim Arkeologi Kabupaten Muara Enim Dessi Puspa Asni, S.H juga seorang Notaris ke kediaman Panglima Baranusa Gusti Sajid Al Akbar, A. Md.Kep , Sore hari Selasa, 28 Oktober 2025 di Rt. 07 Kelawas, Dsn IV, Desa Lingga Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim, Selasa (28/10/25).
Dalam perbincangan mereka Tim Arkeologi Kabupaten Muara Enim dan anggotanya, bertepatan dengan Peringatan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2025, mereka menanyakan hal tersebut terkait Artepak Kuno yang saat ini ada dengan Gusti Sajid Al Akbar, A.Md.Kep berupa Prasasti Cula Badak yang bertuliskan Aksara Ulu ( Sansekerta) dan lainya sebagainya.
Setelah Ketua Tim Arkeologi menanyakan hal tersebut tentang keberadaan Artepak Kuno dengan pak Gusti Sajid yang ada padanya, kenapa benda bersejarah berada ditangannya. Maka pak Gusti Sajid mengatakan “sebetulnya semua benda tersebut tersimpan didalam Rumah Depati Kasih Raja di Lrg. Kenanga, Rt. 04 Dsn IV Desa Lingga, dan Cula badak sempat di simpan keluarga saya di Muara Enim yaitu berupa Cula Badak yang bertuliskan Aksara Ulu dan juga tidak mengetahui sejarah apa yang terkandung dalam artepak tersebut” ucap sajid.
Namun setelah pak Gusti Sajid pada usia 50 tahun, dirinya mulai mencari tau apa yang sebenarnya terkandung dalam sejarah dari naskah kuno sebagai prasasti benda bersejarah yang berbentuk Cula Badak tersebut.
Ternyata apa yang tertera di naskah kuno Cula Badak berupa tulisan huruf Aksara ulu yang merupakan sejarah asal usul Tanjung Enim dan Muara Enim diawali dengan adanya suatu daerah yang disebut ayek hening (Air Jernih/bening & Tenang ) saat ini dinamakan sungai enim.
Kemudian Gusti Sajid Al Akbar, A.M. d.Kep memaparkan sejarah dari artefak kuno yang berbentuk Cula Badak, dan Media Cetak yang tersimpan di Arsip Museum Belanda, Yaitu Bataviaasch Nieuwblad dan Java – Bode, Tanggal 15 Oktober 1892 M, dan SK Pangeran Sigag 1892 M bahwa berita tersebut adalah menceritakan asal usul tentang sejarah Tanjung Enim / Marga Lawang Kidul.
Dalam paparan yang disampaikan Gusti Sajid Al Akbar, sejarah asal usul Marga Lawang Kidul :
1. Letak geografis dan arah mata angin “selatan”
2. Lambang Marga Lawang Kidul “arah mata angin”
3. Media cetak belanda tanggal 15/10/1892 M (bataviaasch nieuwsblad & java – bode)
4. SK pengeran sigag (singa negara) 25/9/1892 M
5. Wilayah kekuasaan Pangeran Sigag/H. Abubakar tanggal 25 september 1892 M :
1. Marga Lawang Kidul :
– dari ulu sungai ayek hening (Sungai Enim)
– Desa Seleman, Penyandingan, Tanjung Lalang, Pulau panggung.
– Desa darmo, Keban Agung, Dusun Tanjung, dan Desa Lingga.
2. Lematang ilir (onderlafdeeling lematang ilir) Dusun Muara Enim – Penukal abab (Pali)
3. Lematang ulu (afdeeling Lematang oeloe en ilir, kikim en de Pasoemahlanden).
Asal usul Ayek Hening tanjung 1892 M
Berdasarkan data otentik :
1. Kopiah Air Emas
2. Payung merah pinggirnya kuning
3. Kitab Undang hukum adat simbur cahaya, periode Sultan Kerajaan Palembang yang ke-9 Pangeran Sedo ing Kenayan bab II aturan marga pasal 21 tahun 1636 M
4. Wilayah Kekuasaan Depati Kasih Raja/guntur tanggal 25 september 1892 M.
– Desa lingga
– Dusun Tanjung
– Desa Muara Lawai
– Desa benakat
– Desa Gunung Megang
Lanjut Gusti Sajid Al Akbar, inilah Sejarah Asal usul Marga Lawang Kidul dan Marga Ayek Hening sekitar abad ke 19 (1892 M). Dengan adanya benda peninggalan Sejarah / Puyang pada masa itu yang sedang berkuasa.
Asal Usul Tanjung Enim dan Muara Enim ( Marga Ayek Hening Tahun 1347 M ), berdasarkan data otentik Cula Bada ( Tanduk Kerbau ) yang bertuliskan Aksara Ulu :
– Dari Kerajaan Majapahit :
1. Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
2. Dayang Mariti ( Dayang Merindu).
3. Mahapati Gajah Mada.
4. Sembilan Adipati Yaitu :
1.Riye Genti/Antus/Puyang Desa Lingga ( Desa Darmo)
2. Riye Wadang/Pandak Sakti ( Tanjung Buhuk ).
3. Riye Jaka Asak/Mule Metu/Suryo Dipuro ( Bedeng Obak Desa Lingga).
4. Riye Jaka Riya/Puyang Sesapa ( Desa Karang Raja).
5. Riye Anak Riye Rantas/Ronggolawe ( Desa Karang Raja).
6. Riye Surat/Nata Prabu/Puyang Pelawe. ( Buluran Talang Jawa Tanjung Enim).
7. Riye Anak Riye Surat/Puyang Tekedum ( Sidomulyo TalangnJawa Tanjung Enim).
8. Riye Ganta/Puyang Senuling ( Transosial Desa Karang Raja).
9. Riye Unang/Puyang Petinggi ( Desa Karang Raja sampai Tanjung Raman).
– Membelah daerah ikatan airnya melewati Titian ke Muara di teruskan sehingga sampai ke tengah Muara Kuang ditandai Ulu lematang di tanahnya Indralaya.
Pesan Puyang :
– Surat Perintah Puyang, Surat pengaturan di tunjukan seseorang pengurus di pengadilan oleh Dewan Marga ( Pa Sa Ga / Pengadilan Siap Siaga). Penjagaan Desa laksanakan Petang, Pagi, dan Malam dengan harian Jaga Jika diperlukan namanya. Penjagaan kawasan lahan diawasi saksi pertanahan., pengukuran, pemeriksaan, batas-batas Wilayah.
– Pepatah Puyang :
* Upayakan kabut akhir tidak bahuluan ( Pekerjaan belum selesai, jangan pulang duluan).
* Berpegang tidak bersisik bertulang tidak berduri ( Telinga / Mendengarkan).
* Telah Hadirkan Sang Halilintar datang menandingi, tunjukan sendiri sehingga setidaknya jangan sampai resa gelisah dan jangan sampai toleh kanan dan ke Kiri ( Walaupun banyan rintangan tunjukan jati dirimu dan tetaplah bersemangat dalam bekerja).
Sudah di teliti oleh 11 Tim Arkeolog dari Palembang, Jakarta, dan Jogjakarta tanggal 17 April 2021.
1. DR. Wahyu Rizky Andhifani, S.S, M.M ( Balai Arkeologi Sumsel ).
2. Tutet Fauz Rachmawan.
3. DR. Retno Pursanti.
4. Churmatin Nhaishoischah.
5. Rizki Oktarika.
6. Aryo Arung Binang.
7..Nuzulur Rahmadhona.
8. Nur Huda
9. Ghilman Assilmi ( UI Jakarta).
10. Lara Willis ( UGM Jogjakarta).
Disahkan Oleh :
1. Kementrian Pendidikan Kebudayaan
2. Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pembukuan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
3.Balai Arkeologi Provinsi Sumatera Selatan.
Sambung Gusti Sajid Al Akbar, A. Me. Kep, dirinya berharap Pemerintah Kabupaten Muara Enim dapat memperhatikan dan mempertimbangkan Sejarah asal usul terhadap Sejarah yang ada di Kabupaten Muara Enim untuk di angkat sebagai cagar budaya. (Tim)









